Minyak Goreng Tak Baik Dipakai Berkali-kali, Ketimbang Datangkan Penyakit Mending Disulap Jadi Duit

PENGASIH, dlh.kulonprogokab.go.id- Minyak goreng yang digunakan berulang kali (sering disebut juga "jelantah") mengandung senyawa berbahaya yang dapat merusak kesehatan makanan. Minyak jelantah mengandung lemak jenuh/kolesterol jahat yang lebih banyak. Beberapa penyakit yang bisa timbul jika terbiasa mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan jelantah, antara lain adalah kanker, tumor dan penyakit degeneratif lainnya.

Sayangnya, sebagian kalangan masyarakat kesadarannya masih rendah dan masih sering menggunakan jelantah untuk menggoreng. Alasannya sebenarnya sederhana, yakni rasa sayang atau "eman-eman" jika minyak goreng bekas tersebut dibuang percuma, apalagi jika jumlahnya masih banyak.

Bagi kalangan yang kreatif, limbah minyak goreng (jelantah-red) justru menjadi prospek bisnis yang cerah dan daya kompetisi nya tergolong rendah. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bank Sampah Induk (BSI) Dhuawar Sejahtera. Selain jual beli sampah, menghasilkan produk-produk daur ulang sampah dalam bentuk kerajinan, Bank Sampah tersebut juga menampung setoran jelantah dari warga.

" BSI Dhuawar Sejahtera menampung jelantah sejak awal tahun 2017. Sedangkan, usaha pengolahannya sebagai bahan baku sabun dilakukan pada tahun 2018, semenjak mendapat pelatihan dari KKN UAD yang ketika itu bekerjasama dengan salah satu Bank Sampah unit kami yaitu Bank Sampah Serang Bersinar. Pada tahun 2019 ini, Bank-Bank Sampah yang tergabung dalam asosiasi secara serentak melakukan pelatihan bersama" ungkap Febriyanti mengisahkannya kepada Warta DLH.

Ia menjelaskan jelantah yang ditampung sebagian diolah dan selebihnya dijual ke pengepul. Produk olahan yang dihasilkan berupa sabun cuci tangan untuk souvenir, dipasarkan setiap ada bazar dan kunjungan. Kapasitas produksinya berdasar pada jumlah permintaan konsumen.

"Kami menerima dari setoran warga, berapapun jumlahnya. Jadi seadanya punya berapa, tidak pakai batas minimal dan tidak harus sekian liter baru bisa setor. Selama ini kalangan penyetornya dari nasabah Bank Sampah. Namun, masyarakat umum di luar nasabah jika ingin menjual juga kami terima. Untuk harga jelantah saat ini, kami beli seharga Rp. 2000,- per liter" jelasnya.

Febri menambahkan, minimnya informasi di masyarakat menyebabkan pengetahuan adanya pemanfaatan minyak jelantah masih rendah. Hal ini berdampak pada omzet pembelian jelantah belum bisa optimal. Belum banyak pihak yang tahu jika Bank Sampah Dhuawar Sejahtera juga melayani setoran jelantah.

"Khusus untuk produk sabun yang dihasilkan, kami sangat berharap Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo dapat memfasilitasi uji laboratorium dan kelayakan. Dalam hal pemasaran, Dinas Perdagangan Kulon Progo kami mengharapkan juga bisa membantu" harap Direktur BSI Dhuwar Sejahtera yang berlokasi di Kroco RT 21 RW 12 Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih tersebut. (Warta DLH/prd)